Keseruan Camping di Pantai Watu Lawang Gunungkidul Ditemani Sinar Bulan Purnama

Pagi di Pantai Watu Lawang
Berawal dari waktu piknik yang semakin sedikit, lebih tepatnya sih cara mengalokasikan waktu untuk pikniknya rada keteteran karena sekarang udah pada sibuk kerja dan ada yang ambil sekolah lagi. Hal ini membuat aku dan Uli awalnya pengen untuk camping lagi di pantai. Alhasil kami berdua ngajakin Rika, Ibel dan Ichot. Kamipun segera memilih destinasi mana yang bakal jadi tempat kita untuk camping dan hari apa? Berhubung ada yang kerja sampai Sabtu, akhirnya membuat kesempatan bahwa kita camping malam Minggu dan berangkat Sabtu sore (11/3/2017) kumpul di kost Rika yang deket kampus UKDW. Nah untuk camping kali ini kita iuran uang Rp 50000/orang untuk makan selama camping, sewa (tenda,kompor,tikar, dll), tiket masuk, biaya camping dkk dan makanan lainnya. 

Camping kali ini aku ngajak Nisa soalnya aku masih dalam masa penyembuhan sakit tipes kemarin. Jadi ngajak Nisa karena emang Nisa pengen ikut dan biar bisa gantian pas pake motornya. Nah waktu itu yang smapai duluan adalah Uli, aku, Nisa dan baru Ibel dan Ichot. Ternyata nanti ada juga temennya Rika yang mau gabung sama kita cuma berangkatnya belakangan. Nah tujuan kita akhirnya jatuh ke Pantai Watu Lawang karena setidaknya tempat ini ada keluarganya Uli yang buka warung di tempat ini dan pantai ini gak bukan pantai baru yang masih sepi. Soalnya kebanyakan para wanita jadi cari aman ajah. Nah mulailah petulangan kami dengan rute menuju Pantai Watu Lawang yang berada di Tepus, Gunungkidul. Kalau kalian udah pernah ke Pantai Pulang Syawal (Indrayanti) Pantai ini berada di timur Pantai Pulang Syawal yang jalannya masih batuan dari parkiran Indrayanti atau tepatnya berada disebelah barat persis Pantai Pok Tunggal cuma jalannya hanya untuk pejalan kaki. Oke rute yang kami lewati adalah UKDW - Timoho - Blok O - Jalan Wonosari - Patuk - Siyono - Pertigan Hist Baron - Baron - Pantai Indrayanti - Pantai Watu Lawang. Cuma ketikka mau Maghrib kita sempat berhenti karena motornya Uli bannya bocor. Lokasinya di sehabis jalan satu arah yang jalurnya ke Gunung Api Purba Nglanggeran. Untungnya gak langsung ketemu sama bengkel motor dan depannya ada masjid. Jadi kita bisa sholat maghrib dulu cuma wkatu itu Nisa laper dan milih buat makan pecel lele.Eh rencananya kita yang mau makan malam di pinggir pantai gagal karena perut udah keroncongan. 

Camping di Pantai Watu Lawang | Pict : @belaumiahmad
Selesai makan dan motor udah fit lagi, akhirnya kita melanjutkan perjalanan kita dan sempat kebinggungan cari penjual nasi karena udah pada tutup. Mau beli di warung tenda beberapa gak boleh. Akhirnya kami stock amunisi dulu di Indomaret Siyono habis itu baru nyoba semoga ada yang jualan nasi hingga akhirnya kami memilih untuk beli beras ajah deh sebelum di pintu retribusi masuk Baron. Sampai pintu retribusi Baron kita di sambut dengan ramah oleh bapak-bapak petugas dan untuk retribusi masuk waktu itu Rp 10.000/orang dan motor tapi waktu itu kalau gak salah kita bayar Rp 50000. Ini bagian Rika selalu bendara. Nah kita juga tanya-tanya neh, tempat camping yang enak, bapaknya bilang sih semua pantai enak cuma ada pantai baru dan asyik untuk camping. Namanya Pantai Sanglen yang berada di sebelah barat Pantai Watu Kodok dan Timur Pantai Sepanjang. Cuma karena dari rumah kita milih Pantai Watu Lawang dan janjian sama temen Rika juga di pantai Watu Lawang buat camping kami tetap milih Pantai Watu Lawang. Maklum provider kami gak ada yang dapat sinyal. Daripada gak temeu jadi masuk kesempatan semua. 

Langit Malam | Pict : @belaumiahmad
Jalur menuju Pantai Watu Lawang ini emang sedap-sedap misterius. Soalnya kita gak bakal tahu kalau di timur  Pantai Indrayanti ada pantai Watu Lawang ini. Jadi kalau dari parkir timur Pantai Indrayanti ada jalan konblok ikuti ajah jalan tersebut sampai di bangunan-banguan itu masih lurus dan ikutin ajah jalan bebatuan sampai ketemu dengan warung sederhana yang ada parkirannya. Untuk parkir standart sih Rp 2000 tapi karena kita nginep jadi Rp 5000/motor. Kami juga sewa tiker di temat warung simbah-simbah dengan harga Rp 10000 untuk malam itu. Nah sesampainya di bibir Pantai Watu Lawang, ternyata disini lumayan sepi untuk yang camping. Nah kami pilih tempat yang dibawah warung yang buka malam itu. Soalnya waktu kami tanya-tanya,si bapak bilang kalau mau pake toilet kita cuma bayar Rp 10000/orang sampai selesai camping hingga besok pagi tapi untuk camping gak bayar kalu di depan warung si bapak. Karena kita gak bergerilya kami pilih tempat ini. Maklum udah malam dan capek masih belum mendirikan tenda. 

Suasana pagi di Pantai Watu Lawang
 Sudah deal dengan pembayarn di belakang, kamipun segera memndirikan tenda dan mengelar tikar diluar. Tepatnya malah tenda kami hanya jadikan tempat menyimpan barang ajah. Soalnya lebih asyik gelar tiker dan tiduran dengan atap langit dengan sinar bulan yang purnama. Jadi lumayan kecewa ibel mau motret galaxy. Kita yang cewek-cewek nata-nata, Rika nyiapin makan dan camilan dan Ibel mulai sibuk dengan kameranya. Temen Rika datang juga lumayan lama karena merak dari jogja sekitar jam 8 lebih gitu. Nah tapi ketemu juga. Kamipunmenikmati malam dnegan cara kami sendiri. Ibel yang akhirnya ketemu dengan mas-mas yang ternyata seorang fotografer tapi udah pensiun karen skerang lebih ke clothing sama burung, Uli dan Rika tiduran, Nisa gak jelas, Ichot ikutan Ibel dan aku juga geje sambail ndengerin suara ombak.

Hal yang paling mengasyikan buatku ketika camping pantai adalah bisa tiduran dengan tenang di hamparan pasir, langit malam yang gemerlap bintang dan cahaya rembulan yang ciamik serta suara demburan ombak yang selalu menjadi terapi jiwa. Apalagi malam itu Pantai Watu Lawang lumayan sepi. Hanya ada beberapa hilir mudik orang yang sepertinya camping di pantai sebelah. Cuma ketika hampir subuh sudah mulai banyak warga lokal yang mencari iklan, rumput laut dan lain-lain di bibir pantai yang mulai surut. Hingga akhirnya matahari terbit mulai datang warga yang mulai memancing. Sayang pagi itu, matahari terbit ditutupi tebing dan mendung. Ya bisa di bilang Pantai Watu Lawang bukan tempat yang recomended kalau untuk nyari pantai untuk sunrise. Nah pagi itu mulai pada sibuk sendiri, ada yang menikmati pantai, ada yang udah mandi, masih tidur dan ada yang mulai masak.


Team masak by Chef Rika dan Uli

Bongkar tenda, masak dan kawan-kawan
Satu hal yang harus kamu, kalau kamu camping di pantai Gunungkidul dan udah terkenal atau punya nama terus kamu camping di malam minggu sampai minggu pagi. Siap-siap deh jam setengah 7 kamu disuruh bongkar tenda kamu. Ini sebenarnya yang lumayan aku gak suka dan cukup menganggu. Jadi solusi aku sih, mending nyari pantai yang belum begitu banyak di kunjungi orang, atau semacam pantai tak bernama. Banyak kok di Gunungkidul atau kamu pilih pantai yang emang dikhususkan untuk camping. Kayak waktu aku camping di Pantai Ngrumput,. Waktu itu kita gak dibatasi sama sekali, mau bongkar tenda jam berapa terserah kita. 
Makan bersama -sama
Karena foto-foto merupakan kebutuhan kata meraka
Full team sama teman Rika yang lupa namanya, maafin Risna
Di pantai Watu Lawang ini ada spot rumah-rumahan di sebuah karang dihubungkan deangan jempatan dan kamu harus meroggoh kocek sekitar Rp 5000.Aku sih waktu itu gak masuk sama sekali, cukup dijadikan background. Yang menikmati Ichot sama Ibel ajah. Meskipun Pantai Watu Lawang ini lumayan tersembunyi dan mungkin jarang tahu. Untuk fasilitas udah lumayan komplit seperti warung, toilet, mushola bahkan tempat parkir motor dan motor. Masalahnya cuma jalan ajah yang masih bebatuan kasar nan lancip. Setelah kami puas main-main kamipun segara makan bersama dengan olahan masakan chef Rika. Sehabis itu kita beres-beres tenda dan mulai pada mandi satu persatu. Season terakhir sebelum kami pulang adalah foto-foto bareng dulu kakak. Camping kali ini emang serba dadakan jadi rada bisa dibilang mungkin kurang seru. Mungkin lain wkatu bakal camping lagi .

See you di camping berikutnya dear

Retribusi masuk dari TPR Baron : Rp 10000/Orang+Motor
Parkir Satu Malam : Rp 5000/Motor
Sewa Toliet : Rp 10000/Orang
Sewa Tiker : Rp 10000/tiker (tanpa batasan jam)
(*)Uang iuran Rp 50000 itu masih kembali kok sekitar Rp 12000/orang

Note : Jangan lupa sama sampah yang kamu bawa, banyak tempat sampah yang akan di kelola sama warga kok. Kalau pengen lama campingnya mending nyari pantai yang masih sepi atau belum punya nama tau emang pantai yang sering buat camping.  

Rute Jogja - Pantai Watu Lawang :


Miss Risna

Perempuan yang terlahir dan (masih) tinggal di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Punya tekad buat explore plus santai manja di ujungnya baratnya Indonesia, alamnya Indonesia Timur, lihat oppa-oppa langsung di negaranya, menginjakan kaki di daratan negara Penjajah Indonesia dan bakalan kolaborasi sama idola Aamiin ^^v.

4 komentar:

  1. jgn2 km putri bulan ris..secara ga sadar mainnya pas padang bulan trus :D
    lama g mantai di GK

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sailormoon dong mas. hahhahhaha. Gak tahu neg kenapa bisa pas padang bulan

      Hapus
  2. Daftar draf temen untuk di ajakkk nihh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. lah kemarin kamu ngajakin aku, katanya mau ke bukit pengilon

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung di Story Of Miss Risna, Silahkan tinggalkan komentar dibawah ini ( NO SARA ) ^^v